16 August 2011

. . . . . .


Kesal dalam diam

Itu yang selalu muncul di otakku ketika melihatmu
Ya, kamu kesal
Namun kekesalanmu hanya terlihat di raut wajahmu yang tegas

Mengapa kamu diam?
Mengapa tidak kamu lontarkan amarahmu?
Agar semuanya tahu, kamu tidak sedang berpura-pura kesal 
Mereka tidak akan tahu apa yang kamu pikirkan dengan diam-mu

Maaf, aku sudah berusaha sebaik mungkin
Aku sudah berusaha bersikap biasa
Tahukah kamu, aku juga kesal?
Aku juga jengah..

Ingin aku muntahkah segala amarah kepada mereka
Ingin aku teriakkan, masa itu telah berlalu
Walau entah mengapa, tidak mungkin kembali ke keadaan semula
Keadaan ketika kamu dan aku duduk berdampingan, tertawa bersama
Ketika kamu dan aku berteman tanpa ada bisikan-bisikan kecil di samping kanan atau kiri

“Cuek saja”

Aku berbicara seperti itu dulu
Dulu...

Ya, kamu berhasil..

Aku?
Tidak sama sekali

Kamu berbeda terlalu berbeda
Kamu selalu diam memendam apa yang ada di pikiranmu
Apa yang ada di hatimu
Aku sama sekali tidak mengerti jalan pikiranmu
Apakah kamu akan marah?
Apakah kamu akan biasa saja?
Sama sekali tidak aku mengerti 
 
Aku cuma ingin berteman kembali, tidak lebih
Apa yang harus kulakukan?
Ikut diam kah?
Atau lebih baik aku menjauh?

No comments:

Post a Comment